Ibrahim, Hilmi A (2025) ANALISA DIPLOMASI MARITIM INDONESIA DALAM RANGKA MENGHADAPI KONFLIK LAUT NATUNA UTARA: STUDI KASUS 2019-2024. Undergraduate thesis, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.
![]() |
Text (Cover)
21044010082_Hilmi A Ibrahim_COVER.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text (BAB I)
21044010082_Hilmi A Ibrahim_BAB 1.pdf Download (520kB) |
![]() |
Text (BAB II)
21044010082_Hilmi A Ibrahim_BAB II.pdf Restricted to Repository staff only until 16 July 2028. Download (622kB) |
![]() |
Text (BAB III)
21044010082_Hilmi A Ibrahim_BAB III.pdf Restricted to Repository staff only until 16 July 2028. Download (480kB) |
![]() |
Text (BAB IV)
21044010082_Hilmi A Ibrahim_BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only until 16 July 2028. Download (146kB) |
![]() |
Text (DAFTAR PUSTAKA)
21044010082_Hilmi A Ibrahim_DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (229kB) |
Abstract
Kepulauan Natuna adalah gugusan pulau-pulau kecil yang terbentang di wilayah Laut China Selatan. Gugusan pulau-pulau ini terletak di ujung utara wilayah Republik Indonesia dan berhadapan langsung dengan wilayah-wilayah laut negara lain. Kepulauan Natuna memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah ruah yaitu ketersediaan estimasi 500 juta ton ikan per tahunnya serta terdapat potensi cadangan gas alam. Wilayah Blok Natuna D-Alpha memiliki cadangan gas alam terbanyak di Asia Tenggara, dengan estimasi potensi sebanyak 222 triliun kaki kubik (TCF). Akan tetapi Kepulauan Natuna yang dimiliki oleh Republik Indonesia seringkali mengalami menghadapi tantangan maritim yang mengancam kedaulatan nasional, kepentingan ekonomi, dan stabilitas regional. Ancaman-ancaman ini berupa klaim sepihak nine-dash line oleh China serta serangkaian pelanggaran perbatasan wilayah maritim Indonesia. Kawasan ini menjadi titik strategis sekaligus rentan terhadap klaim sepihak China melalui konsep Nine-dash Line, yang tumpang tindih dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Dalam menghadapi pelanggaran maritim seperti illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF), manuver kapal penjaga pantai asing, hingga ancaman militer terselubung, Indonesia mengimplementasikan tiga pendekatan diplomasi maritim, yaitu diplomasi kooperatif, persuasif, dan koersif.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi pustaka terhadap dokumen, jurnal, berita, dan laporan resmi pemerintah. Teori utama yang digunakan dalam analisis adalah teori diplomasi maritim dari Christian Le Mière yang membagi strategi maritim ke dalam tiga kategori utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia secara aktif menggabungkan ketiga pendekatan tersebut, mulai dari penguatan kerja sama regional melalui ASEAN, pelayangan nota protes diplomatik, hingga modernisasi alutsista dan patroli maritim oleh TNI AL dan Bakamla. Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa diplomasi maritim Indonesia telah berkembang dari pendekatan reaktif menjadi strategi yang lebih terintegrasi dan proaktif dalam menjaga kedaulatan. Keberhasilan diplomasi koersif melalui penguatan kekuatan maritim menjadi kunci dalam menciptakan efek deterrence terhadap ancaman eksternal. Meskipun demikian, keberlanjutan strategi ini bergantung pada konsistensi kebijakan luar negeri, sinergi antar-lembaga, serta dukungan dari mitra internasional untuk menyeimbangkan kekuatan di kawasan Laut China Selatan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) | ||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||||
Subjects: | J Political Science > JZ International relations | ||||||||
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > Departement of International Relations | ||||||||
Depositing User: | Hilmi A.Ibrahim | ||||||||
Date Deposited: | 17 Jul 2025 03:14 | ||||||||
Last Modified: | 17 Jul 2025 03:14 | ||||||||
URI: | https://repository.upnjatim.ac.id/id/eprint/39647 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |